JADIKAN LAPINDO OBJEK WISATA

oleh -716 views

SIDOARJO (BOS)– Sepuluh tahun sudah, semburan lumpur keluar dari bumi Sidoarjo. Selama itu pula permasalahan-permasalahan seputar lumpur datang silih berganti sejak 29 Mei 2006 dan hingga kini belum ada tanda-tanda akan terhenti.

Bagi Nunik Karyati yang anggota Polri dengan wilayah tugas di dekat kawasan lumpur yang dikelola PT Lapindo Brantas itu, permasalahan lumpur ini harus segera selesai, yang artinya tidak ada rentetan cerita permasalahan lagi dibalik luapan lumpur Lapindo.

“Sepuluh tahun itu bukan waktu sebentar. Harapan saya semua permasalahan yang ada dibalik Lumpur Lapindo ini bisa segera selesai, terutama tentang pembayaran korban lumpur yang belum mendapatkan pelunasan,” ucapnya.

Perempuan yang bekerja di Sub Bagian Humas sebagai Paurmin Polres Sidoarjo ini mengatakan permasalahan pembayaran kepada warga korban lumpur memang harus diutamakan.

“Kalau yang sudah selesai dibayar dari yang semula biasa-biasa saja bisa menjadi konglomerat tetapi yang belum dibayar masih melarat,” tuturnya.

Ia mengatakan tidak hanya permasalahan ganti rugi permasalahan semburan lumpur yang saat ini masih menyembur juga harus menjadi perhatian sendiri, namun bau lumpur juga perlu perhatian.

“Terutama baunya itu yang cukup menyengat saat melewati wilayah tersebut. Belum lagi ditunjang dengan tingginya tanggul penahan lumpur yang berdampingan langsung dengan jalan raya dan rel kereta api,” katanya.

Perempuan yang tinggal di Gedagangan Sidoarjo ini mengatakan penguatan tanggul penahan lumpur harus dilakukan terus menerus mengingat ketinggiannya saat ini yang sudah mencapai 12 meter.

“Kondisi ini memang cukup mengkhawatirkan kalau sewaktu-waktu terjadi apa-apa bisa membahayakan pengendara yang kebetulan melintas di tempat tersebut,” paparnya.

Namun demikian, tandasnya, semua itu ada hikmah yang harus diambil, di antaranya Sidoarjo menjadi lebih terkenal dibandingkan dengan sebelumnya akibat “promosi” dari luapan Lumpur Lapindo ini.

“Sidoarjo jadi terkenal dengan lumpur tersebut, itu yang harus dikelola dengan baik, salah satunya dengan cara mengembangkan potensi wisata dengan baik melalui wisata semburan Lumpur Lapindo,” timpalnya.

Selain itu, lokasi tersebut juga bisa digunakan sebagai lokasi wisata geologi yang bisa meningkatkan kemampuan akademik dari peserta didik untuk meningkatkan pengetahuan seputar geologi di Sidoarjo.

Akan tetapi dirinya masih pesimistis permasalahan lumpur Lapindo ini bisa diselesaikan sampai dengan satu dekade saja mengingat masih adanya sejumlah persoalan yang sampai dengan saat ini belum terselesaikan.

“Mungkin tidak akan berhenti sampai sepuluh tahun, mungkin bisa 11 tahun, 12 tahun atau bahkan lebih. Tetapi, apapun itu, semoga semuanya bisa menjadikan Sidoarjo lebih baik, sejahtera dari sebelumnya,” katanya. (NT)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *