BeritaObserver.Com, Jakarta– Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) mengijinkan dan melarang jemaatnya melakukan ritual adat Batak Mangonkal Holi atau penggalian tulang belulang orangtua atau leluhur ke tempat lain atau ke kampung Bonapasogit.
“Kalau ada di antara warga jemaat yang akan mengadakan upacara menyatukan tulang belulang, majelis jemaat harus hati-hati untuk mengawasi, agar tidak terjadi praktik penyembahan berhala,”kata aturan HKBP atau Ruhut Parmahanion Paminsangion Huria Kristen Batak Protestan (RPP) HKBP yang dipakai adalah terbitan tahun 2022 yang dikeluarkan Kantor Pusat HKBP di Pearaja, Tarutung, Sumatera Utara.
Gereja yang berpusat di Pearaja, Tarutung ini mencatat yang dilarang dalam ritual mangongkal holi yakni, menari bersama tulang belulang, menyuapi, Meratapi, memasukkan tulang belulang ke dalam Ulos, ke tempayan ataupun bakul.
Kmeudian, memberikan sirih, memasukkan batang pisang ke dalam kuburan yang lama, yang mengandung unsur unsur animisme, Tulang belulang tidak boleh diarak dengan tarian, Tidak boleh memakai musik tradisional maupun musik modern pada saat memasukkan tulang belulang ke tempat yang baru.
Sementara berdasarkan RPP HKBP nomor 5 point C, Gereja HKBP menyetujui penggalian tulang belulang dengan alasan, pertama, makam itu rusak, kedua, makam itu terkena penggusuran karena pembangunan jalan, atau karena bencana banjir, tanah longsor, hendak menyatukan tulang belulang ke tugu yang baru.
Serta yang ketiga, menyatukan tulang belulang karena meninggal di tempat perantauan.
“Upacara penggalian tulang belulang harus atas sepengetahuan majelis jemaat. Demikian juga saat menyimpan tulang belulang tersebut, menunggu dimasukkan ke tempat yang baru. “
“Kalau tempat yang dituju tergolong jauh, maka tulang belulang disimpan di gereja. Jika pelaksanaannya dalam satu hari, maka langsung dipindahkan dari kuburan yang lama ke kuburan yang baru. Acara ini tidak lagi memakai Agenda HKBP,”tukas RPP HKBP (Joelay)
