JAKARTA (BOS)–Melalui kampanye aksesi Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau (FCTC) Badan Kesehatan Dunia (WHO), aktris Ine Febriyanti mendukung upaya perlindungan anak-anak dari bahaya konsumsi rokok.
Menurut dia, anak-anak harus dijauhkan dari rokok yang dianggapnya sebagai “gerbang” untuk kecenderungan negatif seperti bahaya stres dan pemakaian narkoba.
“Asapnya kan juga bahaya, tapi ironisnya banyak orang yang masih ‘cuek’ saja seperti saat menggendong anak sambil merokok,” kata Ine ketika ditemui di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Minggu.
Dari pengalamannya berkunjung ke berbagai daerah, terutama wilayah pedesaan, pemeran utama film “Nay” itu mengamati bahwa kesadaran masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah tentang bahaya rokok terhadap anak masih relatif rendah.
Sementara di kota-kota besar, kesadaran masyarakat akan bahaya rokok cukup meningkat karena didukung sistem yang sudah terbentuk misalnya dengan penyediaan ruangan khusus merokok di gedung-gedung perkantoran dan mal.
“Makanya saya lebih mendukung ‘campaign’ ke masyarakat kelas menengah ke bawah, terutama di daerah,” ungkapnya.
Terkait FCTC, Ine menganggap perlu ada solusi menyeluruh terutama bagi ribuan tenaga kerja yang mencari nafkah di industri rokok, sebelum pemerintah mengaksesi perjanjian internasional tersebut.
Salah satu solusi yang bisa dilakukan, menurut dia, yakni menaikkan harga rokok.
“Di Jepang itu harga rokok mahalnya setengah mati, satu bungkus sekitar Rp50 ribu, jadi orang Jepang terbangun kesadaran untuk mengirit konsumsi rokok mereka. Kalau di sini kan orang sehari bisa menghabiskan tiga bungkus rokok karena harganya murah,” ujar ibu beranak tiga itu.
Pemeran Sadina dalam film “Hope” itu menggangap perbaikan sistem kesehatan menjadi cara terpenting untuk dilakukan saat ini, daripada mengadopsi perjanjian internasional yang berpotensi menimbulkan kontroversi.
“Aku sangat setuju tidak ada rokok di Indonesia, tapi kita juga harus ingat bahwa rokok itu sumber devisa negara paling besar. Untuk urusan kesehatan mungkin sistemnya dulu yang harus dibenahi, dibangun sebuah kesadaran bahwa orang boleh merokok asal pada tempatnya,” kata Ine.
Sejak 2012 Ine terlibat aktif dalam Rumah Ilmu, sebuah komunitas pendidikan seni yang khusus didirikannya untuk mengajar musik, gambar, dan teater kepada anak-anak. (NT)