JAKARTA (BOS)— Sikap Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu yang menolak upaya pencarian kuburan massal terkait kekerasan pasca Oktober 1965 seperti yang diperintahkan Presiden Jokowi, membuat dirinya sempat dicap tidak loyal kepada presiden.
Saat digelar Simposium tragedi 1965 yang disponsori pemerintah, Ryamizard Ryacudu, kelahiran 1950, dianggap menjadi semacam ‘juru bicara’ kalangan pensiunan TNI Angkatan Darat yang menganggap acara itu lebih condong berpihak kepada Partai Komunis Indonesia (PKI).
Dan ketika muncul aksi-aksi organisasi masyarakat yang mencurigai segala aktivitas yang berbau ‘kiri’, Ryamizard terang-terangan bertemu sejumlah tokoh ormas Islam dan para pensiunan TNI untuk menggelar simposium ‘tandingan’ seputar peristiwa 1965.
“Tidak mungkin saya mengkhianati Presiden,” tegas Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Selasa (30/05) di kantornya, saat ditanya terkait sikapnya yang seperti bertolak belakang dengan kebijakan pemerintah untuk menyelesaikan berbagai kasus dugaan pelanggaran HAM di masa lalu. (BBC)