Media Asing Soroti Jakarta Kota Polusi Terburuk, Gilbert Simanjuntak: Batasi Kendaraan Bermotor Dan Perbaiki Tranportasi Publik

oleh -463 views

BeritaObserver.Com, Jakarta –Media asing kembali menyorot kota Jakarta termasuk sebagai kota “paling beracun”.

Menurut media Singapura Channel News Asia (CNA) dan juga Reuters, dikutip Kamis (10/8/2023), Jakarta yang notabenenya sebagai Ibu kota negara secara konsisten menduduki puncak dari 10 kota paling terpolusi sejak Mei 2023.

Menyingkapi hal tersebut, eks Wakil Ketua Regional South East Asia Regional Office International Agency for Prevention of Blindness Vison 2020 WHO, Gilbert Simanjuntak mendesak agar pemangku jabatan di Jakarta segera bertindak

“Polusi terburuk sejagad di Jakarta sangat mendesak untuk diatasi. Ini akan menyedot pendapatan per kapita masyarakat karena pemborosan bahan bakar akibat kemacetan, pemborosan APBN melalui naiknya biaya pengobatan akibat naiknya penyakit gangguan pernafasan, dan pertumbuhan ekonomi di Jakarta yang terdampak,”kata Gilbert Simanjuntak yang juga politisi partai PDIP dalam keterangan tertulisnya yang diterima, Kamis (10/08).

Gilbert yang juga Kepala Badiklatda PDI Perjuangan DKI Jakarta menilai, buruknya polusi di Jakarta tidak lepas dari jumlah kendaraan bermotor di Jakarta.

“Karena itu sangat mendesak untuk segera dibatasi melalui berbagai cara. Saat ini dapat ditempuh pelarangan parkir di pinggir jalan di jalan utama, menaikkan tarif parkir di jalan dengan jumlah yang besar, mengurangi lahan parkir, menaikkan tarif tol pada jam berangkat dan pulang kantor dan sebagainya. Tarif pajak kendaraan roda 2 perlu naik tinggi,”ujar Gilbert.

Untuk solusi transportasi publik, sambungnya, yang paling cepat bisa dilakukan adalah penambahan armada dan perluasan trayek atau lajur bis, uji emosi yang ketat dan mempercepat pembangunan LRT, MRT.

Termasuk lanjutnya, praktek galian dijalan yang dibongkar bolak balik seperti kebodohan, harus dihentikan.

“Sosialisasi akan dampak polusi dan kesadaran masyarakat untuk bersama pemerintah mengatasinya, perlu digalakkan. Jakarta perlu pejabat yang tegas, berani dan konsisten,”pungkas Professor, Epidemiologist (REN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *